Rabu, 31 Maret 2021

Perpustakaan Jendela Ilmu SMPN 2 Teken Perjanjian Kerjasama

Kepala SMP Negeri 2 Dumai, Hj Saidatun Syabibah SPd MPd memberikan sambutan pada acara penandatanganan perjanjian kerjasama Perpustakaan Jendela Ilmu SMPN 2 Dumai, Selasa (30/3) di Aula SMPN 2 Dumai.



SMP Negeri 2 Dumai mengadakan penandatanganan perjanjian kerjasama (MoU) Perpustakaan Jendela Ilmu SMPN 2 Dumai dengan Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Dumai, Perpustakaan SMPN 1 Dumai dan SMAN 3 Dumai pada Selasa (30/3) di Aula Pertemuan SMPN 2 Dumai Jalan Sultan Syarif Kasim Dumai.

Selain Kepala SMPN 2 Dumai Hj Saidatuan Syabibah SPd MPd beserta majelis guru, juga hadir Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Kota Dumai H Suriyanto SP, Ketua KADIN Kota Dumai Zulfan Ismaini SPd, Pengawas SMP H Syarifuddin MPd, Kasi Kurikulum Pendidikan Menengah Disdikbud Kota Dumai Maysarah SSos MPd, Ketua Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (Atpusi) Kota Dumai Hj Dewi Marlina SPd, perwakilan SMPN 1 dan SMAN 3.

Kepala SMPN 2 Dumai Hj Saidatuan Syabibah SPd MPd mengucapkan syukur dan berterima kasih atas waktu untuk menyempatkan hadir dalam acara penandatanganan MoU atau perjanjian kerjasama Perpustakaan Jendela Ilmu SMPN 2 Dumai dengan Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Dumai, Perpustakaan SMPN 1 Dumai dan SMAN 3 Dumai.

”Saya berharap sekali kegiatan ini memberikan keberkahan untuk kita semua dan berdampak positif terhadap perpustakaan SMPN 2 bisa berkembang agar kedepan lebih baik lagi. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dari Perpustakaan Jendela Ilmu apalagi belum akreditasi, tapi InsyaAllah awal April ini kita mengikuti akreditasi perpustakaan secara mandiri. Mudah-mudahan hasilnya sangat memuaskan dengan nilai A seperti sekolah lain nya. Untuk itulah, saya sampaikan sekali lagi ucapan terimakasih kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Dumai dan Disdikbud yang memberikan bantuan moril dan materil terhadap perpustakaan kami khususnya Atpusi turun langsung ke sekolah memberikan pendampingan dan bimbingan,” ujar Saidatun Syabibah.

Pengawas SMP H Syarifuddin MPd menjelaskan tugas pokok pengawas dalam meningkatkan efektivitas kegiatan perpustakaan terutama di sekolah. ”Kami dari pengawasn ini berharap dinas terkait baik perpustakaan dan Disdikbud dapat membantu minat anak terselenggaranya dlm menambah pengetahuan di perpustakaan. Semoga SMPN 2 nantinya memperoleh akreditasi dengan nilai yang maksimal,” harapnya.

Kasi Kurikulum Pendidikan Menengah Disdikbud Kota Dumai Maysarah SSos MPd menuturkan pengembangan dan inovasi di perpustakaan sekolah khususnya Perpustakaan Jendela Ilmu SMPN 2 supaya dapat menjadi contoh bagi sekolah lain. ”Saya mengajak sekolah-sekolah agar dapat meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan literasi dan numerasi menjadi lebih baik kedepannya,” tukas Maysarah.

Ketua Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (Atpusi) Kota Dumai Hj Dewi Marlina SPd memuji ketangguhan kepala beserta dan jajaran dalam menyulap Perpustakaan Jendela Ilmu dari biasa saja menjadi luar biasa.

”Ya, salut dengan kerja keras kepala sekolah. Untuk Atpusi sejauh ini yang aktif 51 SMP dan SD 5. Saya berharap setiap perpustakaan sekolah mempunyai konsep terutama berbudaya Melayu dan itu tetap selalu ada karena tak kan Melayu hilang di bumi. Terimakasih untuk kepala perpustakaan Bu Dardanela semoga kedepan konsep perpustakaan itu bagaimana meningkatkan minat guru untuk menulis. Dan KADIN bagaimana bisa menarik CSR perusahaan untuk perpustakaan sekolah di Kota Dumai. Mari terus mengembangkan perpustakaan sekolah dan jadikan sebagai jantungnya sekolah serta taman rekreasi literasi sekolah bagi anak agar tertarik masuk pustaka dan gemar membaca meskipun sekarang zaman android,” pungkas Dewi Marlina.

Ketua KADIN Kota Dumai, Zulfan Ismaini SPd menyambut baik MoU dari Perpustakaan Jendela Ilmu SMPN 2 Dumai mengingat KADIN sebagai wadah pengusaha bersama serikat pekerja dan dunia pendidikan. ”Kita membuat e-library sedang berproses karena ini memanfaatkan CSR perusahaan dan kami ingin menularkan virus wirausaha melalui anak didik kita untuk pengembangan SDM kedepan,” tukasnya.

Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Kota Dumai H Suriyanto SP juga menyambut antusias giat perpusatakaan sekolah di Kota Dumai dan siap mendukung sesuai kemampuan yang dimiliki.
”Kedepan saya berharap lebih banyak lagi sekolah-sekolah yang fokus mengembangkan perpustakaan sekolah, apalagi didampingi Atpusi yang giat turun ke sekolah. Mudah-mudahan kerjasama dan kebersamaan yang dibangun dapat bersinergi sehingga minat baca dan perpustakaan semakin menjadi tempat menyenangkan bagi kita semua khususnya anak-anak di sekolah,” harap Suriyanto.

Selanjutnya dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama Perpustakaan Jendela Ilmu SMPN 2 Dumai dengan Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Dumai, Perpustakaan SMPN 1 Dumai dan SMAN 3 Dumai.(30/03/2021)

Minggu, 28 Maret 2021

PAKAIAN ADAT MELAYU RIAU


Teluk Belanga merupakan nama pakaian adat pria yang berasal dari Provinsi Riau. Sementara itu pakaian adat untuk wanita di Riau adalah Kebaya Labuh. Kedua pakaian adat tersebut merupakan warisan kebudayaan tersebut sering dikenakan pada saat upacara adat atau pernikahan. Ciri pakaian adat Ciri khas pakaian adat tersebut, Kebaya Labuh dan Teluk Belangga adalah panjangnya kebaya hingga menutupi lutut dengan bentuk kebaya tampak lebar dan terbuka.




Pakaian Teluk Belanga terdiri baju, celana dan kain samping serta penutup kepala. Leher baju berkerah dan berkancing, jumlah lazimnya lima buah dan itu melambangkan rukun Islam. Cokek sama dengan baju cekak musang. Biasanya menggunakan kain songket. Cara memasangnya pun bervariasi, ada yang dilipat sirih didepan dengan bagian kanan sebelah atas. Ada pula yang dipunjut kesamping, tergantung siapa pemakainya. Pada penutup kepala juga bervariasi, berupa songkok, ikat kepala atau juga tanjak. Tanjak atau ikat kepala dibuat dari jenis kain yang sama dengan baju dan celana. Pakaian Teluk Belanga hadir dengan warna polos, seperti hitam, abu-abu, atau warna lain yang netral.

Pakaian Kebaya Labuh Sementara pakaian Kebaya Labuh sering disebut juga kebaya panjang. Di mana belah labuh atau belah dada juga terdiri atau baju kain dan selendang. Panjang lengan Kebaya Labuh kira-kira dua jari dari pergelangan tangan. Sehingga gelang yang dipakai akan terlihat. Untuk lebar lengan kira-kira tiga jari dari permukaan lengan. Di mana kedalaman baju bervariasi, ada yang sampai ke betis atau sedikit keatas. Baju agak longgar dan tidak boleh diraut (dikecilkan) di bagian yang dapat menunjukkan ukuran dan bentuk pinggang serta gaya pinggul. Kebaya Labuh sering dipadukan dengan kain batik seperti kain cual.

Pakaian adat Riau biasanya memiliki tiga, yakni merah, kuning, hajau. Warna-warna tersebut memilik arti, warna merah berati keberanian, warna hijau artinya kesetiaan, dan warna kuning yang artinya kejayaan.



Jumat, 26 Maret 2021

Lancang Kuning

 


Lancang Kuning berlayar malam. Haluan menuju ke lautan dalam. Kalau nahkoda kuranglah paham. Alamat kapal akan tenggelam. Lancang kuning menentang badai. Tali kemudi berpilit tiga.

Pantun tersebut sangat populer di Riau, khususnya masyarakat Melayu. Filosofi dari baitnya mengisahkan bagaimana pemimpin (nakhoda) mengarungi lautan agar kapal (lancang) yang digambarkan sebagai pemerintahan tak karam.

Hingga kini tak diketahui pencipta pantun itu. Namun, Lancang Kuning tetap abadi karena disematkan sebagai sebutan untuk Riau. Begitu mendengar kata Lancang Kuning orang tertuju ke daerah yang berada di timur Pulau Sumatra itu.

Tak diketahui pasti sejak kapan Riau disebut sebagai negeri atau bumi Lancang Kuning. Tak disebut pula siapa orang pertama yang memberi gelar ke daerah yang dulunya ada kerajaan Melayu penguasa Selat Malaka ini.

Mendiang budayawan Riau, Tenas Effendy, dalam sebuah tulisannya berjudul Lancang Kuning pernah menyinggung kenapa Riau diberi gelar dengan sebutan itu. Dia menyebut sebutan ini sebagai tanda kegemilangan Riau sebagai daerah.

Menurut Tenas, Lancang berarti kapal besar yang biasa digunakan raja-raja mengarungi lautan. Kapal ini juga tanda komando armada perang di lautan yang dikendalikan laksamana ataupun raja.

Sementara Kuning sendiri merupakan warna kebesaran dalam tradisi Melayu. Kuning selalu ditemukan dalam berbagai upacara, pakaian, riasan dan baju kebesaran petinggi adat, meski dipadu dengan warna lain.

Lancang atau kapal sangat akrab dengan masyarakat rumpun Melayu. Dengan ragam kerajaannya, misalnya Lingga di Kepulauan Riau atau Siak serta Indragiri di Riau, rumpun Melayu membentang dari laut China hingga Selat Malaka.

Lancang ini disebut sebagai pemersatu antar pulau-pulau dalam bentangan rumpun Melayu. Lancang juga mempermudah raja berpindah ke suatu daerah yang menjadi kekuasaannya.

Dengan demikian, Lancang Kuning menandakan Riau sebagai kerajaan Melayu sangat mengusai maritim.

Di sisi lain, Lancang Kuning juga menggambarkan kejelian pemimpin dalam memerintah daerah. Makanya dalam pantun itu ada kalimat "berlayar malam, kalau nahkoda kuranglah paham, alamat kapal akan tenggelam".

Berlayar pada malam hari tentu saja berbeda dengan siang. Nahkoda pada siang hari berpedoman pada matahari sehingga semua orang bisa melakukannya. Berbeda dengan malam karena nakhoda harus paham arah angin dan membaca bintang.

Tidak semua orang bisa membaca bintang. Makanya diperlukan nakhoda lihai untuk membawa kapal besar dalam sebuah lautan yang luas atau pemimpin bijaksana menjalankan pemerintah.

Dengan demikian, pemimpin yang paham tentang seluk beluk daerah menjadi syarat mutlak bagi Riau.

Berikutnya, sebuah kapal dalam berlayar pasti bertemu badai. Makanya ada kalimat "Lancang kuning menentang badai, tali kemudi berpilit tiga".

Kalimat tersebut saling berkaitan. Di mana ada masalah, di situ pula ada cara seorang pemimpin menyelesaikan. Apakah dengan sesuka hati atau melibatkan unsur lain (berpilit tiga).

Dalam berbagai literatur, pilit tiga dalam Melayu terdiri dari tiga unsur, yaitu umara (cerdik pandai atau bisa saja perdana menteri), tetua adat dan terakhir ulama atau orang paham agama.

Karena Melayu sarat dengan nilai-nilai Islam, posisi ulama menempati posisi paling atas. Ketiga unsur itu menjadi syarat bagi raja dalam mengambil keputusan ketika menghadapi permasalahan.

Pertimbangan ketiga unsur ini kemudian menjadi konstitusi. Menjadi aturan bagi raja dalam menjalankan pemerintahan agar tidak melenceng dan berakibat merugikan rakyat.

Makanya dalam pantun yang kemudian digubah menjadi lagu itu, ditambahkan bait "selamatlah kapal menuju pantai, pelautlah pulang dengan gembira".

Minuman Khas Melayu

Laksamana Mengamuk



Laksamana mengamuk adalah minuman khas dari daerah Riau. Minuman ini berbahan dasar buah mangga kuini yang dicampur dengan santan dan gula. Laksamana Mengamuk banyak dijumpai saat bulan Ramadan.

Nama "Laksamana mengamuk" berasal dari kisah seorang laksamana yang mengamuk, Karena istrinya dibawa kabur oleh pemilik kebun kuini. Karena kemarahannya, ia menghempaskan pedangnya ke segala arah dan membuat buah kuini terjatuh dari pohonnya. Warga yang melihat hal ini kemudian memungut buah-buahan yang jatuh tersebut dan membuat minuman.

Masakan Khas Melayu

1. Pajri Nanas, Kudapan Khas Melayu

 

Buah nanas biasanya dikonsumsi secara langsung sebagai buah segar atau rujak. Kadang ada juga yang mengolahnya menjadi selai dan acar. Hal berbeda jika kamu berada di tanah Melayu. Pasalnya, ada olahan nanas yang dimasak menggunakan bumbu rempah, lalu dimakan bersama nasi. Adalah pacri nanas, masakan khas Melayu yang sangat mudah ditemukan di daerah-daerah dengan kultur Melayu, salah satunya adalah Pulau Penyengat di Kepulauan Riau.

pacri nanas memang punya cara masak berbeda untuk mempertahankan kesegaran nanas sekaligus menghilangkan rasa asam. "Nanas setelah dipotong-potong direbus dengan air gula. Sebentar saja hanya 5-10 menit. Baru setelah itu dimasak dengan bumbu kari halus,"


Untuk memakan pacri nanas ini, jangan ragu mencampurnya dengan nasi. Meskipun sekilas terasa aneh, tapi rasanya ternyata tak berubah. Malahan terasa lebih nikmat, karena rasa segar nanas yang melimpah.



2.  Ikan Asam Pedas Melayu, Kuah Pedasnya Bikin Ketagihan


Ikan asam pedas, makanan khas Melayu yang satu ini wajib dicoba saat datang ke wilayah Kepulauan Riau.  Melayu memang terkenal dengan asam pedasnya. Dan yang dimasak asam pedas biasanya ikan. Ikan yang bisa dimasak asam pedas bisa ikan laut ataupun ikan air tawar

 


Ikan asam pedas Melayu didominasi oleh citarasa dari lada hitam dan asam jawa. Selain itu, asam pedas Melayu juga menggunakan cabai kering dan air. Penambahan lada hitam akan membuat kuah lebih terasa pedasnya.
Jenis ikan yang lebih enak dimasak dengan metode ditumis adalah ikan lebam, ikan selar, ataupun ikan yang mempunyai daging tebal. Tetapi kalau ikan yang tidak mempunyai daging terlalu tebal, lebih enak dengan cara direbus saja. Seperti ikan dingkis, ataupun ikan lambai.






Kamis, 25 Maret 2021

Layangan atau wau



Layang-layang, layangan, atau wau (di sebagian wilayah Semenanjung Malaya) merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan. Layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif.

Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari Cina sekitar 2500 Sebelum Masehi. Sedangkan penggambaran layang-layang tertua adalah dari lukisan gua periode mesolitik di pulau Muna, Sulawesi Tenggara, yang telah ada sejak 9500-9000 tahun SM. Lukisan tersebut menggambarkan layang-layang yang disebut kaghati, yang masih digunakan oleh orang-orang Muna modern. Layang-layang terbuat dari daun kolope (umbi hutan) untuk layar induk, kulit bambu sebagai bingkai, dan serat nanas hutan yang dililitkan sebagai tali, meskipun layang-layang modern menggunakan senar sebagai tali. Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Cina dan di Nusantara karena di Nusantara banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) (abad ke-17) yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.

Kerajinan Tangan dari Tempurung



Gelas dari Batok Kelapa


Sendok dari Batok Kelapa





Indragiri Hilir yang bergelar Negeri Hamparan Kelapa Dunia tentunya mempunyai kerajinan yang berbahan kelapa, baik itu dari batok, batang, dan bahkan dari sabut kelapa itu sendiri. Batok kelapa selain digunakan masyarakat Indragiri Hilir sebagai bahan bakar tempurung kelapa untuk keperluan mereka sehari-hari sudah juga dibuat sebagai arang dan berikut batok kelapa untuk keperluan memasak di rumah. Namun demikian sebagian masyarakat Indragiri Hilir telah juga berupaya mengembangkan batok kelapa yang melimpah di Indragiri Hilir sebagai bahan kerajinan tangan (hand made) bernilai seni tinggi seperti membuat tas, buah baju, hiasan dinding, pas bunga, figura, tempat tissu, asbak rokok, dan lain-lain. Perkembangan kerajianan batok kelapa di Indragiri Hilir belum begitu mendapat respon yang positif dari masyarakat karena masih kuatnya persaingan dengan produksi plastik dan produk-produk berbahan lainnya.

Rabu, 24 Maret 2021

Kueh Mueh Khas Melayu

 1. Bolu kemojo

 Salah satu makanan khas daerah dumai adalah bolu kemojo. Anda akan dengan mudah menemukan makanan ini di acara hajatan yang sedang berlangsung di dumai. Sebenarnya makanan ini adalah makanan khas yang hanya dibuat pada acara tertentu namun anda bisa menemukannya di pusat oleh-oleh. Bolu ini terbuat dari bahan dasar tepung terigu yang diberi tambahan berbagai macam bahan lainnya sehingga menjadi kue bolu hijau yang terlihat manis dan menggoda.




2. Dodol Nenas


 


Camilan khas Dumai selanjutnya yang juga bisa Toppers jadikan oleh-oleh saat bertandang ke Dumai adalah Dodol Nanas. Dengan manisnya rasa khas dodol berpadu dengan kesegaran rasa asam buah nanas, Dodol Nanas jadi salah satu pilihan favorit wisatawan untuk dijadikan oleh-oleh.


3. Kue Asidah



Kue Asidah, sajian khas Provinsi Riau yang hadir dalam momen istimewa dan perayaan masyarakat Riau. Masyarakat Riau biasanya menyajian kue asidah sebagai teman pendamping makan teh atau kopi. “Kue asidah memiliki rasa yang khas yang sangat mencerminkan cita rasa makanan Melayu yakni berempah,” Bahan kue asidah terdiri dari rempah-rempah berupa kayu manis dan cengkeh, membuat rasanya jadi gurih bercampur manis. Ada juga pandan sebagai penambah aroma.  Masyarakat Riau biasanya menambahkan bawang goreng di atas kue asidah. Rasa manis pada kue dan aroma khas dari bawang goreng akan memberikan rasa yang unik saat menyantap kue asidah. “Konon kabarnya kue ini merupakan salah satu makanan istimewa yang disuguhkan hanya untuk para raja di Indragiri Riau,” Kue asidah hanya muncul dan tersedia saat momen-momen istimewa, seperti kenduri adat, tunangan, hari raya keagamaan, syukuran, dan proses mengantarkan kue ketika sepasang masyarakat Riau hendak menikah. Untuk memakannya, selain ditabur bawang goreng juga ada tata cara yang unik yakni kue asidah dimakan mulai dari bagian bawahnya. 


4. Kue Wajik



Wajik Merupakan salah satu kuliner khas di Indonesia yang digemari banyak orang. Kue wajik memiliki beberapa sebutan yang berbeda-beda di setiap daerah di Indonesia. Kue wajik di Sumatera disebut dengan pulut manis. Wajik yang berasal dari ketan juga disebut dengan istilah ketan wajik. Selain memiliki sebutan yang berbeda-beda, Indonesia juga memiliki bermaca-macam jenis wajik. Wajik yang paling dikenal adalah wajik ketan yaitu wajik yang berasal dari beras ketan. Meskipun Kue ini dikenal luas di Indonesia. Kue wajik memiliki cita rasa manis. Rasa manis tersebut sering pula di tambahkan dengan aroma lain seperti rasa pandan dan vanili sedangkan rasa makanan ini ada yang memiliki rasa asli yaitu rasa gula merah dan rasa durian. Kue wajik memiliki tekstur seperti beras yang belum matang tetapi apabila dimakan akan terasa agak kenyal namun mudah digigit.










Selasa, 23 Maret 2021

GASING PERMAINAN TRADISIONAL MELAYU RIAU

Gasing merupakan permainan tradisional masyarakat melayu Riau yang sampai saat ini masih eksis meski pengaruh modernisasi terus menerpa sesuai dengan perkembangan zaman. Secara umum gasing terbuat dari kayu keras dengan bentuk badan bulat, lonjong, piring terbang (pipih), kerucut, silinder dan bentuk-bentuk lainnya yang merupakan ciri khas kedaerahan dengan ukuran bervariasi, terdiri dari bagian kepala, bagian badan dan bagian kaki. Gasing dimainkan dengan tali yang cukup panjang dan digulungkan pada kayu bulat, runcing pada bagian bawah dan terdapat katup pada bagain atas. Dilempar dengan keras ke tanah sehingga gasing tersebut berputar dengan kencang. Aturan permainan gasing ini tergantung pada para pemainnya, untuk kalangan anak-anak biasanya menggunakan sistem bertahan lama putaran gasing. Namun yang biasa dilakukan oleh orang dewasa gasing akan diadu.



Kompang



Kompang (کومڤڠ) ialah sejenis alat muzik tradisional gegendang bagi masyarakat Melayu. Selain itu, kompang juga kadangkala digunakan oleh suku Bajau di pesisir Sabah, Malaysia, meskipun tidak termasuk dalam tradisi asli mereka. Ia tergolong dalam kumpulan alat muzik gendang. Kulit kompang biasanya diperbuat daripada kulit kambing betina, namun mutakhir ini, kulitnya juga diperbuat dari kulit lembu, kerbau malah getah sintetik.



Pada kebiasaannya, seurat rotan akan diselit dari bahagian belakang antara kulit dan bingkai kayu bertujuan menegangkan permukaan kompang, bertujuan menguatkan bunyi kompang. Kini, gelung plastik turut digunakan.

Terdapat dua bahagian kompang iaitu bahagian muka (ada kulit) dipanggil belulang. manakala, bahagian badan (kayu) dipanggil baluh. Kompang perlu diletakkan penegang atau dipanggil sedak iaitu sejenis rotan yang diletakkan antara belulang dan baluh, sedak ini diletakkan bertujuan untuk menegangkan bahagian belulang dan menyedapkan bunyi kompang apabila dipalu.

Kompang biasanya berukuran enam belas inci ukur lilit dan ditutup dengan kepingan kulit pada sebelah permukaan. Ia mempunyai bukaan cetek dan dimainkan dengan memegang dengan sebelah tangan sementara dipalu dengan sebelah tangan yang lain.

Kompang Bengkalis Riau merupakan salah satu tradisi muzik yang menggunakan kompang sebagai medium penjanaan bunyi muzik. Kompang Bengkalis Riau dipercayai berasal dari Kampung Jawa, Muar, Johor, Malaysia. Ia telah berkembang sejak tahun 40-an lalu di bumi Bengkalis, Riau, Indonesia apabila seorang tokoh muzik yang bernama Pak Maun yang pulang dari Muar, Johor ke Bengkalis. Pak Maun lalu dikatakan mengajar alunan muzik kompang kepada abangnya iaitu Muhammad Ali. Apabila ilmu ini diperturunkan ke Muhammad Ali, Pak Maun telah berpindah ke daerah Bantan Tua, iaitu sebuah kampung dipanggil Resam. Bermula dari situlah permainan alat muzik Kompang Bengkalis Riau mula berkembang secara aktif.

Menurut suatu rancangan dokumentari berjudul "Musik Tradisi Riau" yang dijayakan oleh Dinas Kebudayaan Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau, temu bual telah diadakan bersama Encik Zailani Sulung, yakni salah seorang tokoh muzik kompang Riau merupakan anak murid kepada Pak Amir yang merupakan anak murid Pak Maun telah mempelajari kompang sejak tahun 1963.

Senin, 22 Maret 2021

Songket Melayu





SONGKET

Songket adalah jenis kain tenunan tradisional rumpun Melayu di Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Songket digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan menggunakan benang emas dan perak. Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang. Pada umumnya, songket dikenakan pada acara-acara resmi.

Songket berkembang dalam budaya rumpun Melayu di Sumatra, seperti Songket Palembang dan Songket Minangkabau. Di luar Sumatra, kain songket juga dihasilkan oleh daerah-daerah seperti Bali, Lombok, Sambas, Sumba, Makassar, dan daerah-daerah lain di Indonesia

Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti "mengait" atau "mencungkil". Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai.

Istilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak’. Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawan Kesultanan Melayu. Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket. Beberapa kain songket tradisional Sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu.

Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan hewan dan tumbuhan setempat. Motif ini sering kali juga dinamai dengan nama kue khas Melayu seperti serikaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan penganan kegemaran raja.




 

Tepak Sirih

                                       

Tepak sirih merujuk kepada bekas yang diperbuat dari logam bagi menyimpan bahan-bahan yang digunakan dalam penyediaan daun dari pokok sirih untuk di makan. Masyarakat Melayu membezakan antara tepak sirih berbentuk bujur sebagi puan dan yang berbentuk empat segi bujur sebagi tepak. Terdapat juga tepak sirih yang berbentuk bulat.

Antara barangan yang terdapat dalam tepak sirih adalah:-
  1. Daun sirih yang menggambarkan sebagai sesuatu yang berharga, iaitu kehidupan yang harmoni
  2. Kacip pinang yang digunakan bagi megacip pinang
  3. Gobek sirih bagi menghancurkan sirih untuk mereka yang berusia dan tidak memiliki gigi bagi menguyah.
  4. Lima cembul yang berisi bahan sirih yang diatur menurut aturan berikut:-
    • Cembul yang berisi pinang yang melambangkan kejujuran, martabat dan maruah yang tinggi serta keturunan yang baik-baik
    • Cembul yang berisi kapur sebagai lambang hati yang tulus bersih tetapi boleh menjadi agresif dan membinasakan
    • Cembul yang berisi gambir yang kelat rasanya melambangkan kecekalan hati
    • Cembul yang berisi tembakau yang rasanya pahit dan memabukkan melambangkan ketabahan dan kesediaan untuk berkorban
    • Cembul yang berisi cengkih yang rasanya yang manis dan bau yang wangi melambangkan kelembutan dan kehalusan adat budaya serta tutur kata.

Aturan tersebut menurut tertib ketika mengapur sirih, yang dahulu didahulukan dan yang kemudian dikemudiankan. Daun-daun sirih yang disusun dalam tepak sirih hendaklah dilipat bersisip antara satu sama lain dan disamakan tangkainya, disusun sebanyak lima atau enam helai dalam satu baris. Satu tepak sirih selalunya mengandungi empat atau lima susun sirih tadi. Sirih ini dilipat bagi menyembunyikan tangkai sirih. Ini kerana ekor sirih tidak boleh dinampakkan kerana pada anggapan mereka ini adalah satu keadaan yang kurang sopan dan tidak menghormati tetamu.

Tanjak Jati Diri Melayu

 


Tanjak Jati Diri Melayu

Tanjak berasal dari zaman Kesultanan Melayu Melaka. Sebelum zaman itupun sudah menjadi kewajiban rakyat jelata untuk menutup kepala atau mengikat rambut panjang mereka agar terlihat rapi ketika menghadap Raja. Masyarakat Melayu Melaka mendapat ikhtiar untuk menggunakan kain panjang berbentuk segi empat yang dilipat-lipat dan diikat menjadi sejenis alas kepala yang rapi untuk dipakai dalam acara resmi.

 Seiring berjalanya waktu ikatan kain ini lama-kelamaan makin lama makin cantik mengikut perkembangan zaman, tanjak ini banyak dimodifikasi atau diubah suai mengikut selera pemakainya. Namun, meskipun bentuk tanjak ini sudah di modifikasi, akan tetapi teknik melipatnya harus sesuai dengan sebagaimana mestinya. Tanjak ini hanya boleh di gunakan oleh kaum laki-laki, seperti selayaknya Kopiah/songkok yang hanya di gunakan oleh kaum laki-laki. 

 Begitu banyaknya bentuk tanjak hasil dari perkembangan zaman, namun ada tanjak yang cukup umum dan populer di masyarakat Melayu seperti tanjak Suluk/solok Timbo berasal dari negeri sembilan. Dipakai oleh pegawai atau petinggi kerajaan. Tanjak yang satu ini sangat banyak peminatnya pada masyarakat melayu khususnya masyarakat Melayu Dumai-Riau. 

 

Minggu, 28 Februari 2021


Melati Kuntum Tumbuh Melata
Sayang Merbah di Pohon Cemara
Assalamualaikum Mulanya Kata
Saya Sembah Pembuka Kata

Assalamualaikum Wr. Wb 

Sungguh riang anak Tanjung Medang
Mengayuh sampan sambil bernyanyi
Syair tersebut nada terbilang
selamat datang di E-Perpustakaan kami 

Alhamdulillah puji syukur Kehadirat Allah SWT senantiasa kami ucapkan atas karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan sehingga  kami bisa membuat Blog ini.

Ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada semua pihak yang  telah memberikan dukungan selama pembuatan Blog ini, Khusus nya kepada Ibu Hj. Saidatun Syabibah, S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMPN 2 Dumai yang telah banyak memberi dukungan kepada Perpustakaan JENDELA ILMU.  Semoga Blog ini bisa menjadi wadah untuk kita berliterasi.

Baca buku di Perpustakaan
Menambah Ilmu dan Pengetahuan
Sungguh mulia profesi Pustakawan
Gemar Membaca selalu ditingkatkan

Mahal Harganya si Batu Bacan
Bacan di Beli dari Pesisir Selatan
Salam Penutup Kami Ucapkan
Semoga Semua dalam Lindungan

Wassalamualaikum.. Wr. Wb

MARS SMP NEGERI 2 DUMAI